Selasa, 27 November 2012

Ophtalmology Department

Sebagai co-assisten Bagian Mata selama 1 bulan, diwajibkan untuk shared beberapa ilmu kedokteran. Kali ini saya akan membahas mengenai PTERIGIUM.

PTERIGIUM



Pterygium berasal dari bahasa yunani, yaitu  pteron yang artinya “wing” atau sayap Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan  invasif.   Pertumbuhan ini biasanya terdapat pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata.1,2
Pterygium terdiri dari dua jenis yaitu vaskuler dan  membranaceus.  Pterygium jenis vaskuler adalah pterygium yang  tebal, merah, progresif, ditemukan pada anak muda (tumbuh cepat karena banyak pembuluh darah, sedangkan pterygium jenis membrannaceus adalah pterygium yang tipis seperti plastik, tidak terlalu merah, terdapat pada orang tua.5
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi pterygium paling tinggi terdapat di daerah  khatulistiwa. Pterygium juga sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita dan umumnya mengenai orang-orang yang memiliki aktivitas di luar ruangan. Faktor  resiko terjadinya pterigium antara lain :3
1.  Usia
      Prevalensi pterygium juga meningkat dengan bertambahnya usia. Insiden pterygium paling  banyak ditemukan pada usia 20-40 tahun ,tetapi dapat juga ditemui pada usia anak-anak
2.  Pekerjaan
Pertumbuhan pterygium berhubungan dengan paparan yang sering dengan sinar UV .
3.  Tempat tinggal
Gambaran yang paling mencolok dari pterygium adalah distribusi geografisnya.
      Distribusi ini meliputi seluruh dunia tapi banyak survei yang dilakukan setengah abad
terakhir menunjukkan bahwa negara di khatulistiwa memiliki angka kejadian pterygium yang lebih tinggi. Survei lain juga menyatakan orang yang menghabiskan 5 tahun pertama
kehidupannya pada garis lintang kurang dari 30O memiliki risiko penderita pterygium 36 kali lebih besar dibandingkan daerah yang lebih selatan .
4.   Jenis kelamin
Tidak terdapat perbedaan risiko antara laki-laki dan perempuan
5.  Herediter
Pterygium diperengaruhi faktor herediter yang diturunkan secara autosomal dominan .
6.  Infeksi
Human Papiloma Virus (HPV) dinyatakan sebagai faktor penyebab pterygium .
7.  Faktor risiko lainnya
Kelembaban yang rendah dan mikrotrauma karena partikel-partikel tertentu seperti asap
rokok , pasir merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pterygium.
Penyebab pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga merupakan suatu neoplasma radang dan degenerasi. Namun, pterigium banyak terjadi pada mereka yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan banyak terkena panas terik matahari. Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tinggal di daerah yang banyak terkena sinar matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar. Penyebab paling umum adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, dan angin (udara panas) yang mengenai konjungtiva bulbi berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula dipengaruhi oleh faktor-faktor  lain seperti zat allergen, kimia dan zat pengiritasi lainnya. Pterigium Sering ditemukan pada petani, nelayan dan orang-orang yang tinggal di dekat daerah khatulistiwa. Jarang menyerang anak-anak.4
Pterygium dapat tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluhan mata iritatif, merah dan mungkin menimbulkan astigmat yang akan memberikan keluhan gangguan penglihatan. Pterygium dapat disertai dengan keratitis pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat kering), dan garis besi (iron line dari Stocker) yang terletak di ujung pterigium.5
Berdasarkan luas perkembangannya, Pterygium terbagi atas 4 stadium, yaitu :
Stadium I       :    puncak pada konjungtiva bulbi.
Stadium II     :    puncak lewat limbus tapi belum melewati setengah jarak antara limbus
                           dan pupil.  
Stadium III    :    puncak melewati setengah jarak antara limbus dan pupil tetapi belum  melewati pupil.
Stadium IV    :    puncak sudah melewati pupil.


Pterigium didiagnosis banding dengan Pinguekula dan pseudopterigium. Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat akibat ulkus. Sering terjadi saat proses
penyembuhan  dari ulkus kornea, dimana konjungtiva tertarik dan menutupi kornea. Pada pseudopterigium melalui anamnesa selalu didapatkan riwayat adanya kelainan kornea sebelumnya, seperti ulkus kornea.1
Penanganan  pterigium dapat berupa konservatif atau operatif. Secara konservatif dapat dilakukan dengan melindungi mata dengan pterigium dari iritasi sinar matahari, debu dan udara panas dengan  kacamata pelindung.  Juga dapat diberikan air mata buatan bila perlu dan apabila meradang dapat diberikan steroid topikal. Pengobatan tidak diperlukan karena sering bersifat rekuren/kambuh, terutama pada pasien yang masih muda ( < 40 tahun ) tingkat kekambuhan dapat mencapai 50%. Pembedahan dilakukan apabila terjadi gangguan penglihatan akibat astigmatisma ireguler, bersifat progresif, menyebabkan gangguan pergerakan bola mata, mendahului suatu operasi besar dan alasan kosmetik. Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan berupa ekstirpasi, yaitu pengangkatan seluruh membran pterigium.3
Pencegahan terhadap  kekambuhan pterygium dapat dilakukan dengan menggunakan kacamata pelindung apabila beraktifitas di luar rumah terutama pada tempat-tempat yang sering terpapar sinar matahari dan berdebu.